Rei, yang menggunakan rasa keadilan bawaannya untuk mencoba mereformasi moral sekolah, membangkitkan permusuhan dari elemen-elemen yang meresahkan dan menjadi sasaran intimidasi seksual. Drama Rei yang keras dan nyaris mematikan dari para berandalan dan pengecut berubah menjadi ekspresi ekstasi. Kurei, yang terpecah antara kebanggaan dan kesenangan menjadi ketua OSIS, terbangun karena toilet yang dalam.